Inspirasi untuk kesuntukan dengan secangkir Kopi

Tuesday, July 16, 2024

Legenda Batu Menangis





Di sebuah desa kecil di Kalimantan, hiduplah seorang janda tua dengan seorang putri yang sangat cantik bernama Darmi. Darmi memiliki wajah yang begitu menawan sehingga banyak pemuda di desa itu yang ingin meminangnya. Namun, sayangnya, Darmi memiliki sifat yang sangat buruk. Dia adalah gadis yang sangat sombong dan pemalas.

Suatu hari, Darmi dan ibunya pergi ke pasar yang letaknya cukup jauh dari desa mereka. Untuk sampai ke sana, mereka harus berjalan kaki melewati beberapa bukit dan lembah. Di sepanjang perjalanan, Darmi terus mengeluh dan tidak mau membantu ibunya yang sudah tua membawa barang-barang.

"Ibu, aku capek. Kenapa kita tidak naik delman saja?" keluh Darmi dengan nada manja.

"Anakku, kita tidak punya uang untuk naik delman. Lagipula, berjalan kaki itu sehat untukmu," jawab ibunya dengan lembut.

Darmi pun semakin kesal dan mulai memarahi ibunya. "Ibu ini merepotkan saja. Aku malu berjalan denganmu yang terlihat seperti pengemis," katanya dengan kasar.

Ibu Darmi hanya bisa mengelus dada sambil terus berjalan. Mereka pun melanjutkan perjalanan melewati bukit-bukit yang curam. Setiap kali bertemu orang di jalan, Darmi selalu menghindar dan menyembunyikan wajahnya karena malu dengan penampilan ibunya yang berpakaian lusuh.

Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang lelaki tua yang bijak. Melihat Darmi yang terus mengeluh dan memperlakukan ibunya dengan tidak hormat, lelaki tua itu menegur Darmi.

"Darmi, mengapa kau begitu kasar kepada ibumu? Bukankah seharusnya kau berbakti kepadanya?" tanya lelaki tua itu.

Darmi dengan sombong menjawab, "Siapa kau berani menegurku? Urus saja urusanmu sendiri!"

Lelaki tua itu pun menggelengkan kepala dan berkata, "Anak yang tidak berbakti kepada orang tua akan mendapatkan karma yang buruk. Ingatlah kata-kataku ini."

Setelah berkata demikian, lelaki tua itu pun pergi. Darmi tidak memedulikan kata-kata lelaki tua tersebut dan terus bersikap buruk kepada ibunya.

Tidak lama setelah itu, langit tiba-tiba menjadi gelap. Awan hitam berkumpul dan hujan deras turun. Di tengah badai itu, Darmi merasakan tubuhnya menjadi kaku. Perlahan-lahan, kakinya berubah menjadi batu. Darmi panik dan menangis minta tolong kepada ibunya.

"Ibu, tolong aku! Apa yang terjadi padaku?" teriak Darmi dengan ketakutan.

Ibu Darmi menangis melihat putrinya yang perlahan berubah menjadi batu. Dia hanya bisa berdoa dan memeluk putrinya. Namun, perubahan itu terus berlanjut hingga seluruh tubuh Darmi menjadi batu.

Sejak saat itu, batu yang menyerupai Darmi tersebut dikenal sebagai "Batu Menangis". Penduduk desa percaya bahwa batu itu adalah hasil kutukan karena Darmi tidak berbakti kepada ibunya. Hingga kini, setiap kali hujan turun, batu itu terlihat seperti menangis, mengingatkan kita semua untuk selalu menghormati dan menyayangi orang tua kita.


Pesan Moral: Cerita ini mengajarkan kita tentang pentingnya berbakti dan menghormati orang tua. Perlakukanlah mereka dengan kasih sayang dan hormat, karena karma buruk dapat datang pada siapa saja yang tidak berbakti.


Share:

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Blogroll

Kategori

Live Chat

About Me

My photo
Suka dengan hal baru atau sering mencoba hal baru, berpetualang , Hiking menjadi salah satu alasan untuk merefresh otak hiiiiii
 
close